Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sumber daya manusia yang kuat dan produktif. Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting bagi masyarakat sehingga secara preventif dapat melakukan tindakan atau upaya agar terhindar dari penyakit atau upaya mengobatan apabila merasakan sakit tertentu.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pola hidup masyarakat saat ini telah bermunculan berbagai jenis penyakit dari yang tergolong ringan sampai yang berat. Salah satu penyakit yang akrab dalam keseharian masyarakat yaitu penyakit gastritis (sakit maag)
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin. Insiden Gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2004, persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22,0%, China 31,0%, Jepang14,5%, Kanada 35,0%, dan Perancis 29,5%. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi padapopulasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di baratyang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik5.Data untuk Indonesia menurut WHO angkakejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari238.452.952 jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun2012, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%) (JIMKESMAS, 2017)
Insiden gastritis dapat dipengaruhi oleh faktor prilaku yang tercermin dari pola hidup dan juga tingkat pengetahuan terkait penyakit gastritis. Faktor internal seperti stress, emosional, dan faktor eksternal karena mengkonsumsi makanan dan obat-obatan tertentu.
Swamedikasi dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan karakteristik gastritis, tanda-tanda, penyebab, karakteristik zat kimia yang dapat meredakan atau meringankan bila gastritus muncul/kumat. Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu perilaku yang positif yang menunjang mengatasi penyakit gastritis. Pada umumnya pengindap gastritis akan cendrung ke dokter atau membeli obat Maag ke apotik, tanpa mengetahui sifat obat maag yang dibeli. Dan perilaku dalam keseharian justru memicu kambuhnya gastritis.
Permasalahan
Permasalahannya prilaku yang bagaimana dapat menimbulkan atau memicu kambuhnya gastritis?; dan bagaimana swamedikasi gastritis dapat dilakukan melalui aplikasi ilmu pengetahuan kimia?
Tujuan
Dalam tulisan ini kita akan mengidentifikasi dan mendeskripsikan prilaku-prilaku yang dapat menimbulkan atau memperparah gastritis serta prilaku yang mencegah insiden gastritis; dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan kimia dalam mencegah atau mengobati penyakit gastritis secara mandiri (swamekasi)
Kajian Pustaka
Kajian Pustaka meliputi hakikat penyakit gastritis, swamedikasi, perilaku kesehatan dan pengetahuan kimia. Penyakit gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung, gejala yang khas pada gastritis berupa nyeri atau perih pada ulu hati eskipun baru saja makan (Muchid et al., 2006 dalam Susanto Saputro). Penyebab rasa nyeri dan perih adalah karena berkurangnya daya tahan selaput lendir dinding lambung yang dalam keadaan normal sangat tahan terhadap asam klorida (Tjay dan Raharja, 2002 dalam Susanto Saputro). Penyebab gastritis dapat berasal dari luar dan dari dalam tubuh, faktor dari dalam adalah keadaan emosi atau stres sedangkan fator dari luar dapat berupa makanan pedas, iritan oleh alkohol dan obat. Obat utama yang terlibat adalah nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) terutama aspirin. Swamedikasi (pengobatan sendiri) menurut WHO merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan, mengatasi penyakit dan memulihkan kesehatan (Berardi et al., 2004 dalam Susanto Saputro). Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80% keluhan sakit bersifat self-limiting), efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan saran kesehatan di masyarakat (Holt dan Edwin, 1986). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam maupun dari luar individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2003 dalam Susanto Saputro).
Dalam ilmu pengetahuan kimia dikenal dua golongan zat yang bila dilarutkan dalam air yaitu Asam dan Basa. Contoh Asam HCl, HNO3, H2SO4, dan Contoh Basa Mg(OH)2, Al(OH)3, NaOH, Ca(OH)2. Asam dam basa memiliki sifat yang antagonis. Reaksi asam dengan basa dalam konsentrasi yang ekivalen akan mengahasilkan sifat netral. Asam HCl merupakan asam yang terdapat dalam lambung, yang jika dalam kkonsentrasi yang berlebih akan menyebabkan gejala gastritis. (Sunardi, 2008)
Metodelogi
Dari dua belas responden yang diambil secara random, menggunakan intrumen berupa kuisioner berbasis Likert, yang terdiri atas 9 itempernyataan masing-masing hal sebagai berikut: item 1. Makan teratur, 2. Tidur teratur, 3. Frekuensi maag kambuh, 4. Faktor emosional, 5. Faktor Stres, 6. Perilaku negatif bagi maag, 7. Perilaku negatif dalam makanan, 8. Pengetahuan Kimia, 9. Perilaku Swamedikasi. Data diolah secara kualitatif, berdasarkan kreteria sebagai berikut:
Tabel 1: Konversi Skor rata-rata dan Kualifikasi
No |
Skor |
Kualifikasi |
1 |
X ≥ 4,25 |
Sangat tinggi |
2 |
3,417 < X ≤ 4,25 |
Tinggi |
3 |
2,583 < X ≤ 3,417 |
Cukup |
4 |
1,75 < X ≤ 2,583 |
Kurang |
5 |
X < 1,75 |
Sangat kurang |
( Nurkancana dan Sunartana, 1992 )
Deskripsi Data
Berdasarkan kuisioner respoden diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2: Rekap Sebaran Respon Responden
Kreteria |
Item Pernyataan |
||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
|
Sangat Sering |
2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Sering |
4 |
3 |
2 |
4 |
1 |
1 |
|
|
1 |
Kadang-kadang |
5 |
6 |
4 |
3 |
6 |
1 |
3 |
3 |
3 |
Jarang |
|
2 |
5 |
3 |
3 |
6 |
6 |
4 |
6 |
Tidak pernah |
|
|
|
1 |
1 |
3 |
2 |
4 |
1 |
Jumlah |
11 |
11 |
11 |
11 |
11 |
11 |
11 |
11 |
11 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Taberl 3: Rekap Skor dan Rata-rata Skor per Item Pernyataan
Kreteria |
Item Pernyataan |
||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
|
Sangat Sering |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sering |
16 |
12 |
8 |
16 |
4 |
4 |
0 |
0 |
4 |
Kadang-kadang |
15 |
18 |
12 |
9 |
18 |
3 |
9 |
9 |
9 |
Jarang |
0 |
4 |
10 |
6 |
6 |
12 |
12 |
8 |
12 |
Tidak pernah |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
3 |
2 |
4 |
1 |
Jumlah |
41 |
34 |
30 |
32 |
29 |
22 |
23 |
21 |
26 |
Prosentase |
74,55 |
61,82 |
54,55 |
58,18 |
52,73 |
40,00 |
41,82 |
38,18 |
47,27 |
Rata-rata Skor |
3,73 |
3,09 |
2,73 |
2,91 |
2,64 |
2,00 |
2,09 |
1,91 |
2,36 |
Kreteria |
Tinggi |
Tinggi |
Cukup |
Cukup |
Cukup |
Kurang |
Kurang |
Kurang |
Cukup |
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa 74,55% memiliki prilaku makan secara teratur menu dan waktu, tergolong “Tinggi”, tetapi masih ada 25,45% yang memiliki prilaku makan tidak teratur. 61,82% memiliki perilaku tidur secara teratur tergolong “Tinggi”, atau 38,18% perilaku makan tidak teratur. Yang menyadari sering mengalami kambuh sakit gastritis 54,55% tergolong “Cukup”. Yang menyadari emosi menyebabkan gastrittis kambuh 58,18% (“Cukup”). Sebanyak 52,73% menunjukan bahwa ketika stres Gastritis akan kambuh tergolong “Cukup”. Sebanyak 40,00% menunjukan perilaku negatif dalam mengatasi gastritis (“Kurang”). Sebanyak 41,82% (“Kurang”) Suka makanan pahit yang memiliki kasiat meringankan Gastritis. 38,18% tahu dan memahami pengetahuan tentang kimia tergolong “kurang”. Dan 47,27% memiliki perilaku berupaya pengobatan sendiri (swamedikasi) tergolong “cukup”
Pembahasan:
Perilaku yang dapat memicu kambuhnya gastritis, makan tidak teratur, dalam penelitian ini masih ada 25,45% kebiasan makan tidak teratur. Jika dalam 3 jam lambung tidak ada makanan untuk dicernak maka asam lambung akan mencernak lapisan mukosa lambung, oleh karena itu mulailah makan secara teratur dan ramah bagi lambung. Kebiasaan tidur yang cukup dan teratur akan membantu mengurang ketegangan atau stres karena 52,73% responden mengalami gastritis karena stres dan 38,18% responden masih tergolong tidur tidak teratur. Disamping itu juga penting menyeimbangkan emosi karena 58,18% responden maag karena faktor emosial seperti marah, kesal, kecewa, kesedihan berlebihan dapat memicu meningkatnya asam lambung. Perilaku terbebani atau kesibukan yang menyita pikiran dapat menimbulakn stres, dan stres berdampak meningkatnya asam lambung (teridentifikasi 52,73%).
Berdasarkan data hampir 50% responden memililki pemikiran dan upaya swamedikasi, tetapi tidak memahami pengetahuan kimia tentang asam dan basa yang terkait dengan gastritis. Swamedikasi berorientasi pada obat-obatan dipasaran (apotek) tanpa mengetahui bagaimana sifat obat yang digunakan. Gastritis (maag) itu ketika asam lambung (HCl) meningkat. Jika memahami pengetahuan kimia tentang asam dan basa, maka upaya yang dapat dilakukan adalah mengkonsumsi makanan atau minuman yang bersifat basa (makanan/minuman yang memiliki rasa pahit) karena zat basa akan menetralkan sifat asam. Kurangnya pemahaman tentang asam dan basa menyebabkan perilaku yang kontraditiv dengan tujuan mengatasi gastritis yaitu ketika gastritis (maag) kumat dengan tanda tubuh panas, sakit kepala, perut kembung, mual-mual, tidak nafsu makan lalu tertarik untuk mengkonsumsi rujak yang umumnya masam (asam) dan pedas, hal ini akan menyababkan kadar asam dilambung semakin meningkat, berdasarkan data sebesar 40,00% berperilaku seperti itu. Meningkatkan asam lambung akan menyebabkan nyeri lambung karena asam lambung mengkikis mukosa permukaan lambung, dilanjutkan neri uluhati, kembung, berlanjut penurunan pH darah (pH nomar daray sekitar 7,4). Penurunan pH darah akan menimbulkan gangguan kinerja berbagai organ tubuh seperti enzim dan hormon, sehingga ketidaknormalan ini akan menujukan berbagai gejala, seperti tubuh panas, pusing, nyeri
Upaya swamedikasi seharusnya mulai dari perilaku tersebut diatas. Selanjutnya memahami karakter kimiawi gastritis yaitu meningkatnya asam lambung, maka perlu zat basa untuk menetralkannya. Kalau dicermati obat-obat maag dipasaran tertera kandungan zat kimia Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2 ) atau Aluminium Hidroksida (Al(OH)3). Zat-zat kimia itu merupakan basa lemah yang dapat menetralkan asam lambung HCl. Zat basa seperti itu banyak terkandung dalam daun atau sayuran yang memiliki rasa pahit, seperti labu, sambiroto, daun pepaya, daun sembung dll. Dengan pengetahuan kimia yang telah dimiliki, diaplikasikan mulai dari yang herbal dengan membiasakan mengkonsumsi makanan yang rasa pahit. Tidak mengkonsumsi makanan yang bersifat asam berlebihan, apalagi saat gastritis kambuh. Tindak ini dapat mengurangi ketergantungan obat-obat sintetis di pasaran (Apotek).
Kesimpulan
Perilaku yang dapat mengatasi gastritis diantaranya makan teratur, tidur teratur, menghidari kemarah, kesal, kecewa, kesedihan yang mencekam, karena secara emosional berpengaruh pada organ produksi asam lambung. Perilaku terbebani atau stres.
Swamedikasi dapat dilakukan berdasarkan pengetahuan kimia dengan megaplikasi konsep asam dan basa bahwa asam lambung dapat dinetralkan oleh zat basa. Mengkonsumsi makanan yang berasa pahit akan meringankan keluhan terhadap gejala gastritis.
Referensi
Ayu Novitasary dkk. 2016, Faktor Determinan Gastritis Klinis pada Mahasisiwa di Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun 2016, JIMKESMAS; vol.2/No.6/Mei 2017;ISSN 250-731X
Susanto Saputro, Skripsi : Pola Pemilihan Obat Sakit Maag pada Komsumsi yang datang di Apotek di Kecamatan Delanggu, Universitas Muahamdyah Surakarta
Sunardi, 2008, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, CV. Yrama Widya, Bandung.