Suksma Journey - Jungut Sari Teater tampil beda pada pementasan kali ini. Pasalnya, mereka menampilkan musikalisasi puisi dan monolog pada perlombaan yang diselenggarakan oleh teater SMA N 1 Denpasar yakni Teater Angin. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Natya Mandala, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada Jumat, 6 Mei 2022 berkaitan dengan Malam Apresiasi Sastra (MAS). Terdapat beberapa perlombaan yakni musikalisasi puisi, monolog, operet, dan drama.
Anak Agung Gede Tresna Janayana selaku direktur pada lomba ini, menerangkan persiapan yang mereka lakukan, “Persiapan yang kami lakukan mulai dari musikalisasi puisi yakni mempersiapkan naskah puisi yang dibuat oleh anggota JST, kemudian dilanjutkan dengan latihan instrumen dan koreo. Selain itu, untuk monolognya melakukan latihan gestur, mimik wajah dan tak lupa untuk latihan vokal untuk menghayati isi dari monolog yang ingin ditampilkan,” jelasnya.
Kendala yang dirasakan dalam persiapan kali ini yakni susahnya mengatur waktu, dikarenakan dalam waktu yang bersamaan akan dilaksanakan Penilaian Akhir Tahun (PAT). “Selain itu pada saat gladi dimulai, kendalanya mulai dari mikrofon yang mati secara tiba-tiba dan kurangnya waktu untuk gladi. Dan saat lomba mulai, sudah berjalan cukup lancar, namun ada beberapa sedikit kesalahan panggung seperti grogi dan kurangnya komunikasi,” jelasnya saat diwawancarai pada (14/5).
Ketut Ayu Dewi Lestari atau yang kerap dipanggil Yuta menerangkan bahwa ini kali pertamanya ia berkecimpung dalam musikalisasi puisi. “Karena ini kali pertamanya, aku ingin mencoba hal yang baru jadi aku memberanikan diri untuk menjadi musisi dalam musikalisasi puisi kali ini,” terangnya. Yuta menambahkan bahwa hal yang dipersiapkan dalam muspus kali ini adalah mental saat berada di panggung, latihan vokal suara, dan waktu latihan yang lama untuk mensinkronkan antara musik dan puisi. Yuta mengaku bahwa sebelum pentas dimulai dia sempat mengalami yang namanya demam panggung, tetapi dia berhasil mengatasinya dengan cara mengobrol dengan yang lain agar mengalihkan perhatiannya dalam ketakutan di atas panggung.
Disisi lain, Ni Putu Padma Cahyani menuturkan ini merupakan kedua kalinya ia mengikuti lomba monolog, tapi bila dipentaskan secara langsung di atas panggung, ini kali pertama sebab sebelumnya hanya dilaksanakan secara online. “Saya diajak untuk ikut dan saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, karena menurut saya kesempatan itu adalah sebagai wadah untuk mengembangkan bakat saya,” ujar Padma saat menerangkan alasannya ikut dalam monolog. Persiapan yang ia lakukan dalam monolog kali ini bermula dari pembuatan teks monolog dan juga mencari referensi dari internet tentang langkah-langkah yang harus dilakukan saat bermonolog di atas panggung. Padma juga menerangkan kendala yang ia rasakan, “Karena ini pertama kali bagi ku untuk tampil secara offline diatas panggung sehingga banyak hal yang tidak sesuai rencana dan itu harusnya bisa di kembangkan lagi,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Aa Tresna juga menuturkan sebuah pesan, “Tak ada salahnya untuk melakukan hal yang baru, serta ini menjadikan langkah awal kita dalam berkesenian musikalisasi puisi dan monolog,” ujarnya. (Trs & Ken)
